Pertama-tama, ini bukan hate post.
it was last year, gue saat itu kayaknya ketinggalan tentang keberadaan Wak Bordir, sampai seseorang kasih tunjuk video singkat wak bordir, dan langsung membuat gue jatuh cinta.
- Setting cerita kehidupan sehari-hari
- Pengambilan gambar amatir
- Joke-joke rumahan
- Pemaen yang kocak
Empat hal di atas adalah yang membuat Warintil berbeda,
Gue yang saat itu terpikat, langsung subscribe dan marathon sekian ratus episode-episode awal hanya dalam waktu di bawah 2 bulan. Karena kebiasaan gue yang suka makan ambil nonton, warintil ibarat lauk pauk di setiap makan. Ampuh untuk nyegerin otak dari sumpeknya kerjaan.
pelan-pelan pergeseranpun terjadi,
Warintil yang dulu bukan lagi Warintil yang sekarang. Pergantian opening yang berganti beberapa kali ikut menyertai perubahan mereka.
Suara wak bordir yang semula bindeng dan dengan logat batak kental, perlahan berubah menjadi suara cempreng teriak-teriak yang kadang kalau dialognya lebih dari dua kalimat bikin telinga agak gak nyaman.
Perkembangan cerita yang mulai mengada-ada (hak mereka sih), karakter-karakter baru (yang dimainkan mereka), misal : anak-anak ntah anak siapa, katering saingan nining, ceuk eem dll. yang terlalu banyak dan kurang lucu. Warintil kekuatannya ada pada karakter utama mereka itu sendiri, tanpa karakter lain mereka akan tetap lucu asal skenario tidak dipaksakan. Justru karakter-karakter baru ini malah kadang gengges.
Yang dulu membuat gue jatuh cinta adalah ceritanya yang cerminan sehari-hari, ketika skenario mulai mengada-ada, yang ada malah jadi “apa sih?”, penempatan iklan yang kadang hampir setengah episode habis hanya utk promo produk tersebut (Cimory, Toko emas)
“Joke” nya karakter tambahan yang asal ada juga sebenarnya menjadi salah satu yang gue soroti, mbok jamu yang budeg ga jelas ( dengan bahasa jawa ngasal) dan stagnan dr kemunculannya, bikin bosen. Walai ajaibnya, Ibu kepling yang semula ngeselin sekarang terlihat lucu jika dibanding mbok Jamu.
Pengambilan gambar yang semakin profesinal sebenarnya sesuatu yang baik, karya mereka berhasil dan menghasilkan. Cuma apakah kualitas yang menurun ini diakibatkan lebih fokus ke pengambilan gambar, atau kejar tayang produksi, atau bosan dan habis ide?
Sekarang warintil udah sukses beud, subscriber udah ga kehitung, views udah bejibun, iklan udah berderet setiap episode. Tapi sayangnya gue malah unsubscribe Warintil, sesekali aja gue mampir kalau lagi mau ketawa saat makan, itu juga episode yang gue tonton hahya mengulang-ulang episode 100 ke bawah karena di episode sekitar itulah Warintil masih lucu, episode baru cuma gue skip skip skip. Kalo kayak kata Rita “wooo ga jelas !!”
semangat !!
Gw coba komen di sana, minta dia tetap balik dgn ciri khasnya menggunakan bahasa waria dan dorong-dorongannya kayak dulu, kayaknya ada didengerin. Keliatan di episode bulan ini ada si Bordir yang terjerembab ke sawah.